BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang Masalah
Individu tuna laras adalah individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Anak
tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga
kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya. Situasi
belajar yang mereka hadapi secara monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya
menjadi semakin berat.
Dari
masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya
penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah penyusun
kemukakan diatas, maka penyusun mengidentifikasikan beberapa pertanyaan, ialah
sebagai berikut :
1.Apa definisi tuna
laras dan definisi pendidikan jasmani adaptif?
2.Apa tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif?
C.
Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas makalah olahraga adaptif.
2. Untuk
mengetahui pengertian tuna laras dan pend jasmani adptif.
BAB II
Kajian Pustaka
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk
kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi
teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB
bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C
untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:- Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
- Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
- Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
- Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
- Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.- Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
- Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
- Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
- Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan
A.Pengertian Tuna Laras
Individu tuna laras adalah individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Anak tuna laras sering disebut juga dengan anak tuna
sosial karena tingkah laku anak tuna laras menunjukkan penentangan yang
terus-menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri,
mengganggu dan menyakiti orang lain (Somantri, 2006).
Anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan
emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dan hal ini akan
mengganggu situasi belajarnya. Situasi belajar yang mereka hadapi secara
monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin berat (Somantri,
2006).
Ciri-ciri Anak Tuna Laras
1.
Menurut jenis gangguan atau
hambatan:
a. Gangguan
Emosi
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan
emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat
marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat
tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas Gangguan atau hambatan
terutama tertuju pada keadaan dalam dirinya. Macam-macam gejala hambatan emosi,
yaitu:
Ø
Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap
suatu ancaman yang tidak disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas
obyeknya.
Ø
Takut, yaitu rekasi kurang senang
terhadap macam benda, mahluk, keadaan atau waktu tertentu. Pada umumnya anak
merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak, dan sebagainya.
Ø
Gugup (nervous), yaitu rasa cemas yang
tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh. Gerakan pada mulut seperti meyedot jari,
gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh sekitar hidung, seperti mencukil
hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung. Gerakan sekitar jari seperti
mencukil kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari. Gerakan sekitar
rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut. Demikian
pula gerakan-gerakan seperti menggosok-menggosok, mengedip-ngedip mata dan
mengrinyitkan muka, dan sebagainya.
Ø
Sikap iri hati yang selalu merasa kurang
senang apabila orang lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
Ø
Perusak, yaitu memperlakukan bedan-benda
di sekitarnya menjadi hancur dan tidak berfungsi.
Ø
Malu, yaitu sikap yang kurang matang
dalam menghadapi tuntunan
Ø
kehidupan. Mereka kurang berang
menghadapi kenyataan pergaulan.
Ø
Rendah diri, yaitu sering minder yang
mengakibatkan tindakannya melanggar hukum karena perasaan tertekan.
b. Gangguan
Sosial
Anak ini mengalami gangguan atau merasa kurang
senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap
bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala,
menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan
sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan
orang lain.
Beberapa
data tentang anak tunalaras dengan gangguan sosial antara lain adalah:
Ø
Mereka datang dari keluarga pecah
(broken home) atau yang sering kena marah karena kurang diterima oleh
keluarganya.
Ø
Biasa dari kelas sosial rendah
berdasarkan kelas-kelas sosial.
Ø
Anak yang mengalami konflik kebudayaan
yaitu, perbedaan pandangan hidup antara kehidupan sekolah dan kebiasaan pada
keluarga.
Ø
Anak berkecerdasan rendah atau yang
kurang dapat mengikuti kemajuan pelajaran sekolah.
Ø
Pengaruh dari kawan sekelompok yang
tingkah lakunya tercela dalam masyarakat.
Ø
Dari keluarga miskin.
2.
Menurut berat-ringannya kenakalan
Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman
untuk menetapkan berat ringan kriteria itu adalah:
Ø
Besar kecilnya gangguan emosi, artinya
semikin tinggi memiliki perasaan negative terhadap orang lain. Makin dalam rasa
negative semakin berat tingkat kenakalan anak tersebut.b. Frekwensi tindakan,
artinya frekwensi tindakan semakin sering dan tidak menunjukkan penyesalan
terhadap perbuatan yang kurang baik semakin berat kenakalannya.
Ø
Berat ringannya pelanggaran/kejahatan
yang dilakukan dapat diketahui dari sanksi hukum.
Ø
Tempat/situasi kenalakan yang dilakukan
artinya Anak berani berbuat kenakalan di masyarakat sudah menunjukkan berat,
dibandingkan dengan apabila di rumah.
Ø
Mudah sukarnya dipengaruhi untk
bertingkah laku baik. Para pendidikan atau orang tua dapat mengetahui sejauh
mana dengan segala cara memperbaiki anak. Anak “bandel” dan “keras kepala” sukar
mengikuti petunjuk termasuk kelompok berat.
Ø
Tunggal atau ganda ketunaan yang
dialami. Apabila seorang anak tunalaras juga mempunyai ketunaan lain maka dia
termasuk golongan berat dalam pembinaannya.
Klasifikasi
Anak Tuna Laras
Secara garis besar anak tuna laras dapat
diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan
dengan itu, William M.C (William.M. C., 1975 ) mengemukakan kedua klasifikasi tersebut
antara lain sebagai berikut:
1.
Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
(Socially Malasjusted Children):
Ø
The Semi-socialize child, anak yang
termasuk dalam kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas
pada lingkungan tertentu. Misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti
ini datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana
norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan di luar
kelompoknya.
Ø
Children arrested at a primitive level
of socialization, anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti
pada level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah
mendapat bimbingan kearah sikap sosial yang benar dan terlantar dari
pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang mengakibatkan
perilaku anak di kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja.
Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang
ramah.
Ø
Children with minimum socialization
capacity, anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar
sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak
pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak
bersikap apatis dan egois.
2.
Anak yang mengalami gangguan emosi (Emotionally Disturbed Children), terdiri
dari:
Ø
Neurotic Behavior, anak pada kelompok
ini masih bisa bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah
pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah dihinggapi
perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, agresif dan perasaan bersalah.
Disamping itu kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan
bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang.
Keadaan neurotik ini biasanya disebabkanoleh sikap keluarga yang menolak atau
sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu
karenakesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
Ø
Children with psychotic processes, anak
pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan
penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang
nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri.
Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai
akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan.
B.Pengertian Pendidikan
Jasmani Adaptif
Penjas (pendidikan jasmani) dapat diartikan sebagai
usaha pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan
secara umum. Penjas (pendidikan jasmani) Adaptif adalah pendidikan jasmani yang
dirancang secara khusus dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat
dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus).
Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif
memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan
kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
Ø
Program Pengajaran Penjas adaptif
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan
aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi
roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat
berpartisipasi dengan sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang dikenakan
kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya.
Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong
siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
Ø
Program Pengajaran Penjas adaptif harus
dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan
pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan
pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif
harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang
memperburuk keadaannya.
Ø
Program Pengajaran Penjas adaptif harus
dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu
pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang
progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian
tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman
sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal
tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan
penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek
bukan sebagai obyek dilingkungannya.
C.Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan
strategisnya peran pendidikan jasmani adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan
bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan
Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai
berikut:
Ø
Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi
yang dapat diperbaiki.
Ø
Untuk membantu siswa melindungi diri
sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas
tertentu.
Ø
Untuk memberikan kesempatan pada siswa
mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas
jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
Ø
Untuk menolong siswa memahami
keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
Ø
Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian
sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
Ø
Untuk membantu siswa dalam mengembangkan
pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
Ø
Untuk menolong siswa memahami dan
menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
D.Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila
dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
Ø
ABK yang memilik masalah dalam sensoris
Ø
ABK yang memiki masalah dalam gerak dan
motoriknya
Ø
ABK yang memiliki masalah dalam belajar
Ø
ABK yang memiliki masalah dalam tingkah
laku
Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap
jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran
Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas
bagi ABK dapat terjadi pada:
Ø
Modifikasi aturan main dari aktivitas
pendidikan jasmani.
Ø
Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
Ø
Modifikasi teknik mengajarnya.
Ø
Modifikasi lingkungannya termasuk ruang,
fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan
aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan
modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan
modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain
lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi
alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis
masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari
setiap jenis ABK.
BAB
III
PENUTUP
A.kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik inti sari atau kesimpulan bahwa:
1.Mengetahui
definisi dari tuna laras dan pendidikan jasmani adaptif.
2.Tujuan
dari pendidikan jasmani adaptif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar